Minggu, 07 November 2010

ISLAM PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW

PENDAHULUAN

Islam merupakan agama yang besar, dan dibesarkan oleh orang nomor satu dunia yaitu Nabi Besar Muhammad SAW. Beliau telah mendedikasikan seluruh hidupnya demi kejayaan dan penyebaran agama Islam. Beliau adalah sosok mulia yang menghabiskan hari-harinya dengan berdakwah menyampaikan risalah Tuhan. Beliau tidak pernah lelah dan menyerah menghadapi hinaan, caci maki serta perlawanan dari musuh-musuh Islam. Beliau adalah pribadi sempurna yang telah memberikan cahaya kepada seluruh umat manusia. Beliau adalah panutan sepanjang zaman, dan ajaran serta pengabdian beliau selalu menjadi prioritas utama bagi umat Islam yang benar-benar talah mengislamkan dirinya, hatinya dan jiwanya. Sosok agung beliau yang telah meninggalkan kita sekian abad yang lalu, menambah cinta dan rindu kita kepadanya. Shalawat dan Salam semoga selalu tercurah kepadanya, pada keluarga dan sahabat-sahabat beliau yang selalu setia dalam perjuangan menegakkan Agama Islam, dan untuk seluruh pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman.

Rasulullah telah mengajarkan kepada seluruh umat Islam tentang betapa beratnya menegakkan kalimah tauhid, dan Rasulullah selalu optimis terhadap janji Allah bahwa agama yang benar adalah Islam, dan kebenaran itu yang membuat Rasulullah memiki kekuatan yang luar biasa. Keyakinan akan Kebenaran Hakiki yang membuat beliau mampu merobohkan tembok-tembok kemusyrikan, dan keyakinan itulah yang membawa Islam kepada kejayaan.

DAKWAH ISLAMIYAH

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa zaman kejayaan Islam adalah disaat Rasulullah masih bersama umat Islam, beliau tidak hanya sebagai pemimipin spiritual tetapi juga sebagai panglima perang tertinggi umat Islam pada saat itu. Nabi menjadi tauladan dan contoh yang paripurna bagi insan Islam, dan beliau juga selalu berada pada barisan pertama jika terjadi perang antara Islam dan para penentang kehadiran Islam serta umat yang menolak seruan kepada Islam.

Islam periode Mekkah di kenal dengan Islam Tauhid dan disebarkan dengan sembunyi-sembunyi dan hanya diajarkan kepada kalangan kerabat dan sahabat Rasulullah saja. Penekanan terhadap tauhid berlangsung selama kurang lebih 13 tahun sebelum Nabi hijrah ke Madinah. Dan disanalah Islam berkembang dengan pesat, baik pengikut dan wilayah yang diislamkan semakin meningkat.

Dan islam didakwahkan secara luas setelah Rasulullah menerima Ayat Allah surah Al Muddatstsir ayat 1-7 yang berbunyi :

Artinya : 1. Hai orang yang berkemul (berselimut), 2. Bangunlah, lalu berilah peringatan! 3. Dan Tuhanmu agungkanlah! 4. Dan pakaianmu bersihkanlah, 5. Dan perbuatan dosa tinggalkanlah, 6. Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. 7. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.

Setelah mendengar Ayat tersebut, Rasulullah mulai berani menyebarkan Ajaran Agama Allah ini kepada khalayak ramai, dengan mengadakan pertemuan yang lebih besar dan terbuka di Bukit Shafa dekat Ka’bah. Di atas bukit itu Nabi Muhammad SAW berdiri dan berteriak memanggil orang banyak. Mendengar teriakan Muhammad SAW, orang-orang berkumpul dan ingin tahu apa yang disampaikan oleh Muhammad hingga ia rela berdiri di bukit itu dan berteriak-teriak. Karena Nabi Muhammad SAW terkenal dengan kejujuran dan seluruh penduduk Mekkah tahu akan hal itu dan beliau diberi gelar al-amin karena kejujuran yang disandangnya selama ini, tidaklah sulit buat manusia jujur seperti Muhammad untuk mengumpulkan massa agar mendengarkan apa yang akan disampaikannya. Untuk menarik perhatian mereka, Nabi Muhammad berkata :”Saudara-saudaraku, jika aku berkata di belakang bukit ini ada musuh yang akan menyerang kota Mekkah, apakah kalian percaya?” dengan suara yang serentak mereka menjawab :”tentu saja kami percaya padamu Muhammad, karena engkau tidak pernah berbohong dan engkau diberi gelar al-amin bukti bahwa engkau tidak pernah berbohong”. Rasulullah melanjutkan “Kalau demikian, dengarkan apa yang akan aku sampaikan kepada kalian semua, aku adalah seorang pemberi peringatan ( Nazir ). Allah telah memerintahkan kepadaku agar aku memberi peringatan kepada saudara-saudara semua, hendaknya kalian hanya menyembah Allah saja, Karena tidak ada Tuhan selain Allah dan apabila saudara ingkar maka Allah akan menurunkan azabnya dan saudara semua akan menyesal”. Khotbah Nabi tersebut spontan membuat orang marah. Sebagian ada yang berteriak-teriak sambil
memaki Nabi dan mengejeknya sebagai orang gila. Namun ada pula yang diam saja.

Pada kesempatan itu Abu Lahab berteriak :” Celakalah engkau hai Muhammad, untuk inikah engkau mengumpulkan kami?” sebagai balasan terhadap apa yang dikatakan oleh Abu Lahab, maka turunlah ayat yang membalas Abu Lahab, dan dinamakan surah al-Lahab 1-5 :

Artinya : “1. Binasalah kedua tangan abu Lahab dan Sesungguhnya dia akan binasa. 2. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. 3. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. 4. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu baker. 5. Yang di lehernya ada tali dari sabut.”

Pembawa kayu bakar dalam bahasa Arab adalah kiasan bagi penyebar fitnah. isteri abu Lahab disebut pembawa kayu bakar Karena dia selalu menyebar-nyebarkan fitnah untuk memburuk-burukkan Nabi Muhammad SAW dan kaum muslim.

Reaksi keras juga bermunculan menentang dakwah Nabi Muhammad SAW, tapi usaha-usaha dalam meyebarkan dakwah Islam ini terus berlangsung dan tidak pernah mengenal kata lelah sehingga hasil yang diraih mulai nyata. Jumlah pengikut Nabi yang pada awalnya hanya belasan orang dan hanya dari kalangan kerabat dan sahabat semakin hari makin bertambah. Hampir setiap hari ada yang menyatakan diri sebagai seorang Islam dan mengislamkan diri serta keluarga mereka. Mereka kebanyakan adalah wanita, kaum budak, pekerja, kaum, miskin dan lemah. Meskipun kebanyakan dari pemeluk agama Islam adalah dari kaum lemah namun semangat Islam mereka sangat keras dan kuat, dan mereka berperan dalam perjuangan Islam dan mensosialisasikan Islam kepada kerabat dan keluarga mereka masing-masing, sehingga perkembangan Islam semakin tampak dan besar.

Tantangan terbesar dalam perjuangan dakwah Nabi Muhammad SAW adalah dari kaum penguasa dan pengusaha Mekkah, kaum feodal dan kaum pemilik budak. Karena ajaran yang disampaikan Nabi Muhammad SAW bertentangan dengan tradisi lama mereka dan mereka khawatir nilai tradisi yang telah mereka anggap sebagai Tuhan akan dinodai oleh ajaran yang disampaikan oleh Rasulullah SAW. Disamping itu, mereka juga khawatir akan sistem dan struktur masyarakat akan berubah dan kepentingan dagang mereka akan terancam dengan kehadiran ajaran Nabi Muhammad SAW yang menitik beratkan terhadap keadilan sosial dan persamaan derajat.

Usaha demi usaha terus dilakukan untuk menghentikan dakwah Nabi Muhammad tersebut, tapi Rasulullah terus menyampaikan amanah ajaran agama Islam yang mulia ini. Rasulullah menyampaikan agama dengan jalan hikmah (kebijaksanaan) dan membantah serta memberikan pengajaran dengan cara yang baik kepada seluruh umat manusia, sesuai dengan Firman Allah pada surah An Nahl ayat 125 yang berbunyi :

Artinya : ”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.

Dan pada surah Al Mu’minun ayat 96 Allah juga memerintahkan kepada Nabi untuk sabar terhadap apa yang dilakukan kaum kafir terhadap dirinya dan memperlakukan mereka dengan hasanah (baik) :

Artinya : “Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan”.

Maksudnya perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan kaum musyrikin yang tidak baik itu hendaklah dihadapi oleh Nabi dengan yang baik seperti dengan memaafkannya, Asal tidak membawa kepada Kelemahan dan kemunduran terhadap dakwah Islam.

Setelah gagal dalam usaha menghentikan dakwah Nabi Muhammad lewat media diplomatik, kaum kafir quraisy mulai menempuh jalan kekerasan. Mereka mempergunakan kekerasan fisik setelah mengetahui rumah tangga mereka sendiripun secara diam-diam telah mengikuti ajran Nabi Muhammad SAW. Budak-budak yang mereka anggap sebagai harta kekayaan telah mengikuti ajaran barunya Muhammad, pelampiasan terhadap kemarahannya kepada Muhammad ditujukan kepada budak-budak tersebut. Mereka disiksa dengan cara yang tidak berperikemanusiaan oleh tuan-tuan mereka yang notabene adalah penentang utama ajaran Muhammad SAW. Dan bagi yang telah merdeka, mereka disiksa dengan cara kecaman dan hinaan serta kekejaman dari keluarga mereka sendiri, sampai mereka mau kembali lagi kepada agama nenek moyang mereka.

Penyiksaan demi penyiksaan ini yang mengakibatkan Nabi Muhammad SAW mengambil sebuah keputusan untuk mengungsikan sahabat-sahabat beliau ke luar dari Mekkah untuk sementara waktu ke daerah Abessinia (nama kuno dari Ethiopia) sebuah negara di Afrika Timur, Dan Nabi Muhammad SAW memberikan instruksi kepada umat Islam untuk menyebar keseluruh negeri untuk menyelamatkan diri sementara waktu, dan beliau memberi isyarat untuk pergi ke Abessinia yang pada saat itu dipimpin oleh seorang raja yang bernama Raja Najsyi, dan masyarakat disana kebanyakan menganut agama monotheis (Nasrani) yang pada dasarnya sama dengan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW dan dalam Al-Qur’anul Karim pun nama Isa disebut sebagai salah satu nabi dari umat Islam. Maka berangkatlah beberapa orang ke daerah tersebut, diantaranya yang berangkat adalah Usman bin Affan beserta isterinya Ruqayyah, Abu Salamah beserta isterinya, Abu Sabrah bin Abi Rahm beserta isterinya, Ummu Kalsum dan lainnya, yang berjumlah 15 orang. Muhajirin tersebut berangkat menuju Abessinia melewati Laut Merah.

Setelah berada disana untuk waktu kurang lebih tiga bulan para Muhajirin tersebut akhirnya kembali lagi ke Mekkah. Sesampainya disana mereka masih saja mendapat perlakuan yang keras dari kaum Quraisy dengan perlakuan dan ancaman akan dibunuh tetap mereka terima. Nabi Muhammad SAW memerintahkan mereka untuk kembali ke daerah Abessinia untuk sementara waktu, hingga keadaan di Mekkah stabil dan mereka aman untuk menetap kembali. Mereka mendapat perlindungan dan penghormatan dari Raja Abessinia, karena dianggap ajaran Muhammad sama dengan ajaran yang dibawa oleh Nabi Musa, dan Isa a.s. Beberapa orang ada yang menetap dan kebanyakan kembali ke Madinah, setelah mendengar hijrahnya Nabi Muhammad ke daerah Madinah untuk menghindari panganiyayaan dari kaum Quraisy.

HIJRAHNYA NABI KE YASTRIB (MADINAH)

Artinya : “Dan ingatlah karunia Allah kepadamu dan perjanjian-Nya yang Telah diikat-Nya dengan kamu, ketika kamu mengatakan: "Kami dengar dan kami taati". dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah mengetahui isi hati(mu)”. (QS. Al Maidaah : 7)

Nabi SAW menggunakan delegasi dan jama’ah yang datang dari kota Yastrib (Madinah) untuk menyebarkan Agama Islam, setelah banyak dari suku-suku Yastrib yang masuk dan menyatakan kebenaran Agama Islam, maka Rasulullah memerintahkan beberapa sahabatnya untuk hijrah ke Yastrib secara diam-diam. Dan dalam waktu dua bulan kurang lebih 150 jama’ah Muslim yang dikenal dengan istilah al-Anshar berada di kota Yastrib. Yang masih menetap di kota Mekkah untuk menjaga serta membela Nabi Muhammad SAW, adalah Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Sayyidina Abu Bakar, menunggu Rasulullah mendapat perintah untuk hijrah ke Yastrib.

Artinya :“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi Ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak. barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), Maka sungguh Telah tetap pahalanya di sisi Allah. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. An Nisaa’ : 100)

Dengan banyaknya kaum muslimin yang hijrah ke Yastrib, maka kaum kafir Quraisy merencanakan tindakan pembunuhan terhadap Rasulullah. Dan dikumpulkanlah dari setiap suku, pemuda yang terkuat dari mereka dalam usaha merealisasikan rencana pembunuhan terhadap Rasulullah SAW. Berita ini terdengar oleh Rasulullah SAW, sehingga ia merencanakan hijrah ke Yastrib setelah mendapat izin dari Allah SWT dalam ayatNya al-Qur’an :

Artinya : “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, Sesungguhnya bumi-Ku luas, Maka sembahlah Aku saja”.

Maka Rasulullah SAW menugaskan kepada Abu Bakar untuk mempersiapkan segala urusan untuk keberangkatan menuju Yastrib, dan Sayyidina Ali ditugaskan untuk menggantikan posisi Rasulullah SAW di tempat tidurnya agar kaum musyrikin mengira Nabi Muhammad SAW masih ada di kota Mekkah. Setelah malam gulita Rasulullah bersama Abu Bakar menyelinap keluar dari rumah menuju Yastrib dan menghindari pengepungan dari kaum kafir yang berniat untuk membunuh Rasulullah SAW. Rasulullah keluar dari Mekkah menuju sebuah gua yang berjarak sekitar 3 mil dari kota Mekkah dan beliau bersembunyi di gua tsur selama tiga hari tiga malam sampai keadaan aman. Dan pertolongan Allah selalu bersama Nabi Muhammad SAW seperti yang dilansir dalam Ayat Allah :

Artinya : “Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) Maka Sesungguhnya Allah Telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia Berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir Itulah yang rendah. dan kalimat Allah Itulah yang Tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. At Taubah : 40)

Usaha kafir quraisy untuk membunuh Rasulullah SAW tidak membuahkan hasil dan mereka mengira Rasulullah telah sampai di kota Yastrib, pada malam keempat Rasulullah SAW keluar dan berangkat menuju Yastrib menyusuri pantai Laut Merah, sebuah jalan yang tidak pernah ditempuh oleh siapapun sebelumnya. Setelah tujuh hari dalam perjalanan, Rasulullah tiba di sebuah kota yang bernama Quba. Di desa ini Rasulullah SAW beristirahat dan menginap untuk beberapa hari, dan beliau menginap di rumah Kalsum Bin Hindun, dan di halaman rumah tersebut, Rasulullah SAW mendirikan sebuah Masjid pertama yang diberi nama Masjid Quba. Tak lama kemudia sayyidina Ali datang dan bergabung dengan rombongan Rasulullah SAW.

Sementara itu, penduduk kota Yastrib
sudah menunggu kehadiran Rasulullah SAW, karena menurut perhitungan mereka seharusnya Rasulullah sudah tiba di kota tersebut. Dan akhirnya Rasulullah tiba di kota Yastrib, beliau mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat kota Yastrib. Penduduk kota tersebut berdiri di jalan untuk menyambut kedatangan Rasulullah dan menyanyikan lagu-lagu pujian untuk menyambut kedatangan Kekasih Allah tersebut. Masyarakat kota tersebut berharap agar Nabi sudi menginap di rumah mereka, untuk menghormati penduduk Nabi Muhammad berkata : “dimana unta ini berhenti, maka disanalah aku akan menginap”. Dan unta itu ternyata berhenti di rumah anak yatim Sahal dan Suhail di depan rumah Abu Ayyub al-Anshari. Dan Rasulullah memutuskan untuk menginap di rumah Abu Ayyub untuk sementara waktu. Selama tujuh bulan Rasulullah tinggal di rumah tersebut, dan kaum Muslimin bergotong royong untuk membangun sebuah rumah untuk kediaman Rasulullah SAW. Sejak saat itu kota Yastrib diubah menjadi Madinah an-Nabi ( Kota Nabi ), dan kota tersebut juga sering disebut Madinah al-Munawwarah (Kota yang Bercahaya), karena darisanalah cahaya Islam bersinar ke seluruh dunia, dalam sebutan sehari-hari kota ini disebut Madinah.

ISLAM PERIODE MADINAH

Pada Periode Madinah, Rasulullah adalah pemimipin spiritual dan kepemerintahan kota tersebut, dan Rasullullah meletakkan nilai-nilai dasar keagamaan pada penduduk Madinah. Pada masa periode Madinah inilah Islam mengalami kejayaan dan memperluas territorial wilayah kekuasaannya.

Untuk lebih mengikat persaudaraan antara kaum Muhajirin (Muslim yang berhijrah dari Mekkah ke Madinah) dan Anshar (Penduduk Asli Madinah), Rasulullah melakukan beberapa hal, yang diantaranya ; (1) Persaudaraan Dalam Islam (Ukhuwah Islamiyah); (2) Sarana pertemuan (Masjid), maka dibangunlah Masjid Nabawi untuk proses pengembangan Islam dan tempat Ibadah; (3) Menjalin persahabatan dengan penduduk non-Muslim di Madinah.

Dengan berdirinya Negara Madinah, Islam bertambah kuat dan besar. Perkembangan Islam yang begitu pesat di Madinah tentu saja membuat penduduk kota Mekkah menjadi risau dan takut, kalau-kalau saja penduduk Madinah memperlakukan mereka seperti yang mereka lakukan terhadap kaum muslimin saat masih berada di Mekkah, dan mereka juga khawatir khafilah dagang mereka yang menuju Suriah akan diganggu oleh penduduk Madinah.

Penguasaan kembali kota Mekkah merupakan strategi berikutnya yang akan dilakukan Rasulullah, karena Rasulullah sadar dan para Muhajirin sendiri pun selalu rindu akan tanah kelahirannya.

Periode berikutnya dari kepemimpinan Rasulullah adalah mendakwahkan Islam dengan memerangi kaum kafir quraisy Mekkah, akibat dari pertikaian yang berkepanjangan dan tidak ditemukannya kata damai di kedua belah pihak.

PERIODE PEPERANGAN

Artinya : “(yaitu) ketika Allah menampakkan mereka kepadamu di dalam mimpimu (berjumlah) sedikit. dan sekiranya Allah memperlihatkan mereka kepada kamu (berjumlah) banyak tentu saja kamu menjadi gentar dan tentu saja kamu akan berbantah-bantahan dalam urusan itu, akan tetapi Allah Telah menyelamatkan kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala isi hati”. (QS. Al-Anfaal : 43)

Rasulullah mendapatkan Wahyu dari Ilahi lewat mimpinya, yang menggambarkan kejadian yang akan terjadi pada perang Badr. Dimana kalkulasi jumlah antara Mujahid Islam dan pasukan musuh sangatlah jauh, tetapi jumlah pasukan dan senjata bukanlah suatu ukuran sebuah kemenangan, semua perihal dan ketentuan tentang takdir kehidupan ada di tangan Allah SWT.

Perang Badr adalah puncak dari pertikaian yang telah lama terjadi antara Muslimin Madinah dan Kafir Mekkah, perang ini akhirnya meletus sekitar tahun ke-2 Hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah. Perang ini berkobar setelah berbagai upaya damai yang dilakukan oleh Baginda Rasulullah gagal dan menemukan jalan buntu.

Mujahid Islam pada perang badr berjumlah 313 orang, dengan berbekalkan senjata yang sederhana, dan langsung di komandoi oleh Panglima Perang Pertama Islam Nabi Besar Muhammad SAW. Salah satu keistimewaan Rasulullah, selalu berada di garis depan medan pertempuran. Menyemangati para Mujahid dengan pekikan kemenangan Islam dan kejayaan Islam, untuk mencari Ridha Allah semata. Hal itu terbukti, para Mujahid Madinah dapat memenangkan pertempuran tersebut atas pertolongan dari Allah, seperti yang disebutkan dalam Ayat Suci Al-Qur’an surah al-Anfaal ayat 12 yang berbunyi :

Artinya : “(ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku bersama kamu, Maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang Telah beriman". kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, Maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka”.(QS. Al Anfaal : 12)

Dan Allah juga menurunkan beribu malaikat untuk membantu peperangan tersebut seperti yang Firmankan Allah dalam surah Ali Imran ayat 124-125 yang berbunyi sebagai berikut :

Artinya : “(ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang mukmin: "Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu
malaikat yang diturunkan (dari langit)?"; Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda”.

Kemenangan Rasulullah dan Mujahid Madinah merupakan pertolongan dari Allah semata, karena kekuatan Allah meliputi segala sesuatu dan tidak ada yang tidak mungkin jika Allah menghendaki sesuatu.

Setelah kemenagan kaum Muslimin terhadap kaum kafir quraisy Mekkah, orang Yahudi Madinah merasa tidak senang dengan kemenangan tersebut. Mereka sebenarnya memang tidak dengan sepenuh hati menerima perjanjian yang telah disepakati dengan Rasulullah SAW, setelah beberapa lama diketahui bahwa Yahudi Madinah berkomplot dengan kafir quraisy dan Rasulullah menyerang Bani Qainuqa (Suku Yahudi Madinah) dan mengusirnya dari Madinah.

Setelah peperangan Badr, kaum Muslimin dihadapkan dengan beberapa perang yang mengantar Islam pada kejayaannya. Sebut saja perang Uhud, perang Khandaq, perang hunain, dan perjanjian Hudaibiah dan berakhir dengan penaklukan kota Mekkah, Rasulullah dengan kekuatan yang besar berhasil merebut kembali kota Mekkah dan menghancurkan semua berhala yang berada di kota tersebut.

Dan Islam berhasil memperluas kekuasaanya sampai ke Persia dan Romawi, ini membuktikan bahwa Islam merupakan agama yang Haq dan selalu mendapatkan bantuan dan pertolongan dari Al-Haq. Kemajuan Islam periode Penaklukan Mekkah menjadi tolak ukur keberhasilan Rasulullah SAW. Karena dari awal Hijrah, tujuan utama dari Muhajirin dan Mujahid adalah menguasai kembali kota Mekkah dan menghancurkan segala bentuk kemusyrikan yang berada di kota tersebut, serta menyelamatkan keluarga dan sahabat-sahabat mereka yang belum hijrah pada Agama Islam.

Dibawah kepemimpinan Rasulullah SAW, Islam mendapatkan tempat di hati penduduk Arab, dan akhirnya Nabi Muhammad dapat mengislamkan sebagian besar dari penduduk Arab di semenanjung Arab. Kebijaksanaan dan ketauladanan yang diberikan Rasulullahlah yang telah memikat hati para penduduk Arab. Dengan Cinta dan Kasih Sayang lewat ajaran Haq, Rasulullah menyampaikan Risalah Suci Islam kepada seluruh penjuru Negeri.

PENUTUP

Alhamdulillah, kita juga mendapatkan anugerah dan berkah Islam yang disampaikan Rasulullah tersebut, semoga kita semua dapat istiqamah dalam Islam dan Iman hingga datang waktu yang telah ditentukan bagi setiap Insan. Islam adalah agama hati, dan untuk menyampaikan agama ini haruslah dengan segenap hati dan cinta, dan menyampaikannya harus dengan kaidah-kaidah cinta, seperti yang telah dicontokan oleh Baginda Rasulullah SAW kepada kita semua.

Buah Islam yang kita dapatkan sesuai dengan apa yang kita lakukan dan kita kerjakan, jika kita mengerjakan hukum Islam dengan sempurna maka Allah akan memberikan ganjaran berupa kenikmatan dan sebaliknya jika kita melanggar dan mengabaikan perintah Allah dan mengerjakan apa yang dilarangnya maka siksa Allah yang akan kita jumpai, baik saat di dunia dan kelak di akhirat. Allah hanya membebani hambaNya sesuai dengan kemampuannya dalam menjalankan agama, tidak ada perintah yang diturunkan kepada umat manusia yang berat bagi manusia itu, tetapi manusia itulah yang memberat-beratkan perintah Alah karena malas dan ragu akan keagungan Allah SWT. Kepada Allah kita meminta pertolongan dan rahmah untuk menjalani kehidpan dunia yang sementara ini. Hal ini sesuai dengan Firman Allah pada Surah Al Baqarah Ayat 286 yang berbunyi :

Artinya : “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. beri ma'aflah Kami; ampunilah Kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, Maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir."

Diposting oleh Ismail Ahmad di 18:50

Label: ensiklopedi islam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar